Hampir semua
jenis penyakit yang sifatnya akut (berlangsung singkat, tidak menahun)
merupakan self limiting disease artau penyakit yang akan sembuh dengan
sendirinya. Beberapa di antaranya dipicu oleh gangguan pada mekanisme alami
tubuh manusia, namun sebagain besar disebabkan oleh virus.
Berbeda
dengan infeksi bakteri, infeksi virus tidak bisa diobati dengan antibiotik.
Dikutip dari chestofbooks, Senin (7/1/2011), infeksi virus akan sembuh dengan
sendirinya karena sistem kekebalan tubuh akan membentuk perlawanan untuk membunuh
dan menyingkirkan virus-virus tersebut.
Berikut ini
adalah beberapa jenis penyakit yang termasuk self limiting disease dan tidak
membutuhkan obat khusus selain untuk mengatasi gejala yang menyertainya.
1. Cacar air
Penyakit yang lebih sering
menyerang anak kecil ini dipicu oleh infeksi virus varicella-zoster. Gejala
cacar air atau chickenpox antara lain gatal-gatal, bentol kemerahan di sekujur
tubuh dan disertai demam tinggi.
Meski pada anak sehat bisa sembuh
dengan sendirinya, cacar air bisa juga menyebabkan komplikasi yang mematikan.
Diperkirakan dalam setahun ada sekitar 100 orang tewas dan lebih dari 14.000
orang masuk rumah sakit karena komplikasi cacar yang meliputi asma, pneumonia
serta dehidrasi akibat mual-muntah dan diare.
Meski tetap diberi antivirus,
pengobatan untuk penyakit ini lebih banyak ditujukan untuk mengatasi gejala dan
mencegah infeksi penyerta. Misalnya penurun panas untuk mengatasi demam,
kalamin untuk mengurangi gatal dan antiseptik untuk mandi atau membersihkan
tubuh.
2. Flu dan
pilek
Common cold atau pilek ditularkan
oleh virus influenza, bukan oleh bakteri seperti yang diduga oleh sebagian
orang. Oleh karena itu, antibiotik tidak perlu diberikan apabila tidak disertai
radang maupun demam yang mengindikasikan adanya infeksi penyerta oleh bakteri.
Pemberian antibiotik sering tidak
ada gunanya, karena pengobatan yang lebih dibutuhkan pada flu dan pilek adalah
obat-obat simptomatik atau pengurang gejala. Misalnya dekongestan untuk
melegakan tenggorokan, antialergi untuk bersin-bersin dan pereda batuk jika
diperlukan.
Suplemen multivitamin juga
penting untuk diberikan dalam kondisi seperti ini, karena bisa meningkatkan
sistem imun atau kekebalan tubuh. Secara alami, sistem imun yang sehat dengan
sendirinya akan membentuk perlawanan terhadap virus flu.
3. Batuk
yang tidak disertai radang
Batuk
merupakan mekanisme alami dalam tubuh untuk menyingkirkan benda asing dari
saluran pernapasan. Tanpa harus diobati, umumnya batuk akan berhenti ketika
rangsangan benda asing itu sudah hilang.
Batuk baru butuh antitusif atau
pereda batuk jika sangat mengganggu aktivitas dan memicu radang karena tidak
sembuh-sembuh.
Jenis batuk produktif yang disertai
dahak bahkan tidak boleh dihentikan, namun perlu diberi ekspektoran atau
pengencer dahak agar pengeluaran lendir-lendir tersebut bisa berlangsung lebih
lancar.
4. Diare
nonspesifik
Diare dibagi menjadi 2 jenis yakni
diare spesifik dan diare nonspesifik. Diare spesifik disebabkan oleh infeksi
bakteri, sementara diare nonspesifik merupakan mekanisme alami untuk
mengeluarkan benda asing yang dianggap berbahaya oleh saluran pencernaan.
Diare spesifik ditandai dengan
demam dan didiagnosis berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Obat yang perlu
diberikan untuk jenis diare yang satu ini adalah antibiotik, dengan jenis dan
kekuatan yang disesuaikan dengan jenis bakteri dalam hasil pemeriksaan.
Sementara diare nonspesifik yang
terjadi antara lain setelah makan cabai terlalu banyak, tidak perlu diobati
karena akan sembuh dengan sendirinya. Selama dirasa belum terlalu mengganggu
aktivitas, kondisi ini cukup diatasi dengan oralit untuk mengantisipasi
dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh.
5. Alergi
gatal-gatal
Meski beberapa jenis obat
antihistamin atau antialergi bisa dibeli dengan bebas, bukan berarti obat ini
harus digunakan setiap kali mengalami gatal-gatal karena alergi. Reaksi alergi
hanya terjadi jika ada faktor pemicu, sehingga langkah paling tepat adalah
menghindari hal-hal yang memicunya.
Obat antihistamin sebaiknya hanya
dikonsumsi jika faktor pemicu alergi memang tidak terhindarkan, misalnya cuaca dingin.
Jenis-jenis makanan tertentu jika masih bisa dihindari maka lebih baik
dihindari saja daripada harus minum obat.
6. Jerawat
bintik putih
Banyak yang menawarkan obat-obatan
untuk menghilangkan jerawat atau Acne vulgaris di wajah. Padahal selama tidak
disertai infeksi, jerawat biasa yang sering memiliki bintik putih di dalamnya
akan hilang jika kebersihan dan kadar minyak di permukaan kulit selalu
terkendali.
Sebagian besar jerawat bisa
disebabkan oleh penyumbatan kelenjar minyak oleh kotoran maupun bekas make-up
yang tidak dibersihkan. Fungsi minyak sendiri adalah menjaga kelembaban kulit
agar tidak kering dan pecah-pecah.
7. Molluscum
Contagiosum
Penyakit kulit yang dicirikan dengan
benjolan-benjolan (papulla) bening dan berair ini disebabkan oleh infeksi virus
dan lebih banyak menyerang anak-anak dibandingkan orang dewasa. Karena
ditemukan juga di sekitar alat kelamin dan bisa menular lewat kontak langsung,
penyakit ini sering dikira penyakit menular seksual.
Meski tidak berbahaya,
benjolan-benjolan itu bisa pecah bila tergores atau digaruk sehingga membuka
pintu untuk terjadinya infeksi pada bekas luka. Namun bagi individu dengan
sistem kekebalan tubuh yang baik, penyakit kulit ini bisa sembuh sendiri dalam
waktu 6-12 bulan.
8.
Chikungunya
Penyakit ini disebabkan oleh jenis
virus bernama Alphavirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Gejalanya
antara lain demam tinggi sampai menggigil yang disertai rasa ngilu yang menusuk
hingga ke otot dan tulang sehingga disebut juga flu tulang.
Meski gejalanya sangat parah, virus
yang menyebabkan penyakit ini tidak dibasmi sehingga obat yang diberikan hanya
untuk mengatasi gejala seperti diberi penurun panas untuk mengatasi demamnya.
Untungnya, gejala ini hanya berlangsung antara 5-10 hari dan akan sembuh dengan
sendirinya.
9. Hand,
foot and mouth disease (HFMD)
Penyakit tangan, kaki dan mulut
disebabkan oleh infeksi berbagai jenis virus dari keluarga Picornaviridae terutama
Enterovirus 71 (EV-71). Virus ini lebih banyak menyerang bayi dan anak-anak
terutama pada musim panas.
Gejala yang menyertai penyakit ini
adalah demam dan ruam seperti herpes di sekitar tangan, kaki dan mulut. Umumnya
gejala-gejala tersebut akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 7-10 hari dan
tidak meninggalkan bekas apapun.
10.
Kikuchi-Fujimoto disease
Sesuai namanya, penyakit yang
disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV) ini ditemukan oleh Dr Masahiro Kikuchi
dan Y Fujimoto pada tahun 1972. Gejalanya adalah demam yang disertai
pembengkakan di leher akibat adanya pelebaran pada pembuluh limpa.
Penyakit langka yang lebih
banyak ditemukan di wilayah Asia ini sering menyerang kaum mudah khususnya
wanita pada rentang usia 20-30 tahun. Obat yang diberikan hanya bertujuan untuk
mengatasi demam sementara untuk infeksinya belum ada obatnya, namun akan sembuh
dengan sendirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar